Minggu, 01 Juli 2012

Teknik Konservasi Benih Hibrida Melon, Semangka, dan Papaya




Kebutuhan benih semangka dan melon oleh petani dipasok dari luar negeri. Untuk mengurangi pasokan tersebut telah dilakukan proses pembentukan hibrida baru. Langkah awal dari proses tersebut telah dimulai dengan mengumpulkan plasma nutfah, penggaluran, evaluasi daya hasil dan mutu serta uji silang puncak pada melon, sedangkan pembentukan hibrida baru pada semangka telah diawali dengan eksplorasi dan pengumpulan plasma nutfah, kemudian pembentukan populasi, pemuliaan yang baru dengan mutagenik, penggaluran dan persilangan antar mutan, galur (SO2) dan hibrida tetuanya (Purnomo, et al.,1997; 1998). Sedangkan program pemuliaan papaya diarahkan untuk memperoleh varietas genjah, produktif dan bermutu tinggi khususnya daya simpan buah. Untuk itu telah dil`kukan pengumpulan asesi, seleksi tetua, persilangan, pembentukan hibrida, galur dan inbred. Sampai sekarang ini telah terkumpul sejumlah 105 genotypa melon dan 15 genotypa semangka. Untuk menyelamatkan dan mengurangi kemunduran benih-benih tersebut perlu dilakukan tindakan konservasi. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Plasma Nutfah Balitbu Solok dalam 2 tahap yaitu tahap 1. Penetapan pra protokol teknologi penyimpanan benih hibrida melon, semangka dan papaya dan tahap 2. Penyanggaan stabilitas komponen pembentuk protokol teknologi penyimpanan benih hibrida melon, semangka dan papaya. Penelitian ini menggunanakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 3 faktor (penggunaan bahan anti hygroskopis, suhu dan bahan pembungkus) dengan 3 kali ulangan. Setiap unit perlakuan terdiri atas 200 biji melon, semangka dan papaya. Untuk mengevaluasi viabilitas benih berdasarkan lamanya penyimpanan yaitu setiap 3, 6, 9 dan 12 bulan setelah penyimpanan. Parameter yang diukur adalah laju perkecambahan , perubahan fisik benih dan kecambah, persentase perkecambahan, daya tumbuh serta laju pertumbuhan. Hasil sementara telah dilakukan karakterisasi buah dan penentuan kadar air masing-masing benih melon (0,25), semangka (0,44) dan papaya (0,65). Sedangkan persentase perkecambahan dan laju perkecambahan (rata-rata hari untuk berkecambah) sebelum penyimpanan untuk melon, semangka dan papaya berturut 99,36% dengan rata-rata hari untuk berkecambah 3,1, untuk semangka 99% dengan rata-rata hari untuk berkecambah 7 dan untuk papaya 99,78% dengan rata-rata hari untuk berkecambah 7,1. Daya kecambah benih melon pada 3 bulan penyimpanan masih relatif tinggi (98-99%) dengan laju perkecambahan 2-3 hari pada semua faktor yang dicobakan. Penyimpanan pada suhu kamar mempunyai laju perkecambahan yang lebih tinggi dari pada suhu rendah. Daya kecambah benih semangka pada 3 bulan penyimpanan masih relatif sama (67-74%) dengan laju perkecambahan 7,2-8 hari pada semua faktor yang dicobakan. Penyimpanan pada suhu kamar mempunyai laju perkecambahan yang lebih tinggi dari pada suhu rendah. Daya kecambah benih papaya pada 3 bulan penyimpanan masih relatif tinggi (83-95%) dengan laju perkecambahan 9-10 hari pada semua faktor yang dicobakan. Penyimpanan pada suhu kamar mempunyai daya kecambah dan laju perkecambahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu rendah masing-masing 95,22%-7,16 hari dan 83%-13,2 hari. Pengamatan secara visual pada benih melon, semangka dan papaya pada 3 bulan penyimpanan masih dalam kondisi baik (bernas dan utuh), tidak keriput, tidak retak, tidak terkena serangan jamur dan warna benih tidak berubah.

Sabtu, 30 Juni 2012

Rekayasa Buah Tanpa Biji


tuk menghilangkan biji pada bebe-rapa buah-buahan. Hasilnya, kini
tersedia beberapa buah-buahan
tanpa biji, seperti anggur, semang-ka, dan melon. Para petani berhasil
menciptakan buah tanpa biji mela-lui persilangan ataupun aplikasi zat
pengatur tumbuh (ZPT). Persilang-an antara tanaman diploid (2n) dan
tetraploid (4n) menghasilkan ta-naman triploid (3n) yang biasanya
tanpa biji. Cara lain adalah melalui
aplikasi ZPT (auksin atau giberelin)
pada kuncup bunga. Fungsi ZPT di
sini adalah sebagai pengganti biji
dalam memenuhi kebutuhan auksin
pada proses pembentukan buah,
sehingga bunga dapat berkembang
menjadi buah tanpa adanya biji.
Namun, cara ini kurang praktis dan
tidak permanen sifatnya, karena
hanya kuncup bunga yang disem-prot auksin saja yang akan meng-hasilkan buah tanpa biji. Cara ini
juga memerlukan tenaga dan biaya
yang mahal apabila diterapkan pada
areal yang luas. Teknik persilangan
lebih praktis dan permanen jika
telah berhasil memperoleh tanaman
triploid. Namun kendalanya sulit
memperoleh induk tetraploidnya.
Rekayasa buah tanpa biji secara
modern dapat dilakukan melalui
teknik kultur in vitro(kultur jaring-an) dan rekayasa genetik. Teknik
kultur jaringan kini mulai banyak
dicoba para peneliti untuk meng-hasilkan tanaman triploid melalui
kultur endosperm. Rekayasa ge-netik buah tanpa biji dilakukan
dengan cara menyisipkan gen par-tenokarpi ke dalam kromosom ta-naman target.
Salah satu contoh gen parteno-karpi adalah DefH9-iaaM. Gen ini
dihasilkan oleh Dr. Rotino dan
kawan-kawan dari Pusat Penelitian
Sayuran di Montanazo, Milan-Italia.
Gen ini diisolasi dari bakteri Pseu-domonas dan dapat mengeks-presikan senyawa prekursor IAA
(auksin) pada awal pembungaan di
bagian bakal biji (ovul) dan plasenta.
Senyawa ini dapat menggantikan
peran biji pada proses pemben-tukan buah, sehingga tanaman da-pat menghasilkan buah tanpa biji.
Gen ini sudah berhasil dicoba pada
tanaman tembakau, terung, tomat,
melon, dan rasberi. Di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bio-teknologi dan Sumberdaya Gene-tik Pertanian (BB Biogen), gen ini
sudah berhasil diaplikasikan pada
tanaman tomat. Beberapa galur
unggul tomat transgenik telah di-hasilkan dan menunjukkan karak-ter partenokarpi, yaitu berbiji se-dikit atau tanpa biji. Dalam waktu
dekat, gen ini akan dicoba pada
tanaman durian dan manggis untuk
menghasilkan buah tanpa biji
(Saptowo J. Pardal).
Informasi lebih lanjut hubungi:
Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian
Jalan Tentara Pelajar No. 3A
Bogor 16111
Telepon : (0251) 8337975
8339793
Faksimile :(0251) 8338820
E-mail : borif@indo.net.id

Petani Karanganyar Kembangkan Semangka Jumbo




Hery Prasetyo
23/11/2011 06:58
Liputan6.com, Karanganyar: Sekelompok petani di Desa Bolong, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, berhasil mengembangkan semangka berukuran jumbo, Selasa (22/11). Berat semangka hasil persilangan bibit lokal itu mencapai lebih dari 20 kilogram.

Buah semangka besar ituu dikembangkan lantaran keprihatinan banyaknya buah impor yang berada di pasaran. Para petani di Desa Bolong itu pun tertantang, untuk menghasilkan buah lokal yang berkualitas. Pilihan pun jatuh pada buah semangka.

“Melalui percobaan beberapa kali dengan persilangan bibit semangka local, akhirnya dihasilkan semangka jumbo ini,” kata Mugiharjo, ketua Kelompok Tani Desa Bolong.

Kendati berhasil mengembangkan semangka dengan ukuran jumbo, para petani masih belum puas. Pasalnya, rasa buah semangka itu kurang manis, sehingga semangka jumbo itu belum banyak diminati konsumen. Namun para petani optimistis, semangka jumbo akan menjadi primadona suatu saat nanti.(SHA)

Makalah Hibridisasi Semangka


Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas matakuliah Pemuliaan Tanaman, kami memilih komoditas semangka karena tanaman semangka merupakan salah satu buah yang paling digemari di Indonesia, oleh karena itu kami ingin mendapatkan varietas semangka yang lebih baik lagi
MAKALAH MATAKULIAH DASAR PEMULIAAN TANAMAN
TANAMAN MENYERBUK SILANG
“SEMANGKA”
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Kelas B
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
Anggota kelompok 4:
1. Dian Rizky F 115040201111234
2. Pitriani 115040200111021
3. Ahmad Mushoffan M 115040200111023
4. Ajeng Devi N 115040201111042
5. Bagas Septya P 115040201111043
6. Istnaini Zakiyyah D 115040201111048
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Pemuliaan Tanaman adalah kegiatan mengubah susunan genetic individu maupun populasi tanaman untuk satu tujuan.
Tanaman semangka (Citrullus lanatus) adalah tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah gurun di Afrika bagian selatan. Tanaman Semangka mendapat perhatian untuk dilakukan program pemuliaan tanaman. Sebagai salah satu komoditi buah-buahan yang mempunyai pasar penting di Indonesia, kualitas dan kuantitas tanaman semangka harus ditingkatkan. Dengan melakukan hibridisasi tanaman semangka, kita dapat menciptakan suatu varietas semangka yang lebih baik, yang sesuai dengan permintaan pasar pada saat ini.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui Dasar Genetik Tanaman Semangka
2. Untuk mengetahui Keragaman Tanaman Semangka
3. Untuk mengetahui Metode Penelitian Tanaman Semangka: Introduksi, Seleksi dan Persilangan atau Hibridisasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Genetik Tanaman Semangka
Di dalam pemuliaan tanaman, kehilangan satu sifat utama (misalnya warna daging merah tua) dapat menyebabkan kultivar semangka dengan buah yang tidak laku di pasar tertentu. Hal ini membuat pemuliaan untuk perbaikan kultivar tanaman semangka cukup sulit dilakukan, mengingat harus mempertahankan beberapa sifat utama sekaligus. Akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan memulai program pemuliaan menggunakan kultivar unggulan yang kemudian disilangkan dengan kultivar elit lainnya, sehingga memungkinkan untuk mempertahankan level ekspresi sifat-sifat penting di saat memperbaiki satu atau lebih sifat lainnya. Sasaran pemuliaan tanaman semangka saat ini diantaranya adalah karakter produksi, panjang batang rambatan, kualitas bagian luar maupun dalam buah, tipe (bentuk dan ukuran) buah, ketahanan terhadap penyakit, biji maupun non-biji.
Produsen semangka menginginkan produksi per hektar dengan ukuran-ukuran buah yang diterima pasar. Pada umumnya pemulia semangka melakukan seleksi untuk karakter produksi, meskipun kemajuan yang diperoleh belum signifikan. Karakter ukuran, bentuk, warna dan corak lurik serta warna daging buah juga penting didalam program pemuliaan semangka, mengingat sebagian konsumen maupun pemasok cenderung menyukai penampilan buah tertentu. Ketahanan terhadap penyakit juga merupakan tujuan penting didalam pemuliaan semangka. Pengujian didalam rumah kaca dilakukan terhadap beberapa penyakit penting seperti layu fusarium, antraknosa, embun tepung dan nekrosis kulit buah
Koleksi dan pemilihan calon tetua yang tepat adalah langkah yang sangat penting dilakukan ketika pemulia sudah menentukan sasaran didalam program pemuliaan. Pemulia harus tahu tetua mana yang akan mampu menyumbangkan karakter yang diinginkan beserta metode pemuliaannya. Oleh karena itu, pemulia mengumpulkan sebanyak-banyaknya aksesi berupa galur-galur murni, kultivar, dan individu hasil pemuliaan lainnya. Karakter penting seperti kualitas buah dan ketahanan terhadap penyakit seharusnya diintrogresikan kepada galur berdaya hasil tinggi sebelum membentuk kultivar baru. Hal ini sekaligus meningkatkan diversitas genetik di antara kultivar modern.
2.2 Tujuan Pemuliaan Tanaman Semangka
Tujuan pemuliaan tanaman semangka yang kami inginkan adalah sebagai berikut:
• Mendapatkan varietas semangka yang tahan terhadap penyakit Layu Fusarium, Antraknosa, Busuk buah, Busuk semai, Bercak daun dan CMV.
• Mendapatkan varietas semangka yang tahan terhadap hama Thrips, ulat, tungau dan lalat buah
• Mendapatkan varietas semangka yang berwarna merah cerah, karena pada saat ini warna buah semangka cenderung berwarna pucat.
2.3 Evaluasi Keragaman Genetik
2.3.1 Varian Genetik Tanaman Semangka
Pada tanaman menyerbuk silang seperti halnya tanaman semangka, sering dilakukan seleksi untuk menentukan sifat-sifat gen unggul yang diinginkan. Seleksi sendiri dapat dilakukan bila ada keragaman dari masing-masing varietas. Pemuliaan tanaman hanya dipengaruhi oleh factor genetic saja, tidak ada pengaruh dari faktor luar, seperti faktor lingkungan.
2.4 Metode Pemuliaan
2.4.1 Introduksi
Introduksi artinya mendatangkan bahan baku tanaman semangka dari tempat yang berbeda. Ini merupakan pemuliaan tanaman yang paling sederhana.Introduksi ini di ilhami oleh teori ‘PusatKeanekaragaman’ yang diperkenalkan oleh ahli botani Rusia, N.I. Vavilov. Tanaman semangka didatangkan dari berbagai varietas dari tempat yang berbeda-beda, lalu di kembang biakkan secara vegetatif. Pada tanaman semangka untuk mendapatkan varietas yang kami inginkan kami menyilangkan semangka jenis New Dragon yang berasal dari Taiwan yang memiliki ciri-ciri bentuk bulat memanjang ini memiliki ukuran yang besar. Beratnya bisa mencapai 9 kg. Kulit buah tebal dan tahan kerusakan. Daging buahnya renyah, berair banyak dan rasanya sangat manis. Varietas ini mudah beradaptasi dengan berbagai jenis tanah dan tahan terhadap serangan CMV (cucumber mosaic virus). Dengan semangka jenis Farmer Giant, semangka ini besar sampai mencapai 12 kg. Kulit buah tebal dan keras. Daging buah merah menyala, manis, tekstur renyah. Farmer Giant relatif tahan terhadap CMV.
2.4.2 Seleksi
Pada tanaman semangka proses seleksi yang dapat digunakan pada proses penanaman adalah:
• Seleksi Massa
Pada tanaman semangka di amati penampilan fenotipe setiap individu dalam suatu populasi lalu memilih individu yang akan dipelihara keturunannya kelak.
2.4.3 Persilangan/Hibridisasi
Hibridisasi merupakan suatu perkawinan silang antara berbagai jenis spesies pada setiap tanaman. Yang mempunyai tujuan untuk memperoleh organism dengan sifat-sifat yang diinginkan dan dapat bervariasi jenisnya. Pada peristiwa hibridisasi semangka akan memperoleh kombinasi genetic yang diperoleh melalui persilangan dua atau lebih tetua tanaman semangka yang berbeda genotipnya. Penyerbukan tanaman semangka sering mengalami kegagalan bila dilakukan pada saat kondisi lingkungan yang tidak mendukung atau dilakukan pada saat serbuk sari atau kepala putik dalam keadaan belum matang oleh karena itu saat penyerbukan yang tepat merupakan factor penting yang harus diperhatikan agar penyerbukan berhasil dengan baik. Untuk melakukan penyerbukan harus dipilih waktu yang tepat dan tidak boleh terlambat dimana pada saat itu putik maupun serbuk sari dalam keadaan segar, sehat, telah matang, dan cuaca mendukung proses persarian dengan baik. Waktu yang baik untuk penyerbukan adalah jam 05.00 pagi (sebelum bunga mekar, karena jika bunga telah mekar ditakutkan sudah mengalami penyerbukan sendiri pada bunga yang dijadikan induk jantan).
BAB III
PENUTUP
Tanaman semangka adalah tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah gurun di Afrika bagian selatan. Tanaman semangka tremasuk ke dalam famili
Cucurbitaceae. Tanaman semangka Tanaman ini cukup tahan akan kekeringan terutama apabila telah memasuki masa pembentukan buah.
Pada umumnya pemulia semangka melakukan seleksi untuk karakter produksi, meskipun kemajuan yang diperoleh belum signifikan. Karakter ukuran, bentuk, warna dan corak lurik serta warna daging buah juga penting didalam program pemuliaan semangka, mengingat sebagian konsumen maupun pemasok cenderung menyukai penampilan buah tertentu. Ketahanan terhadap penyakit juga merupakan tujuan penting didalam pemuliaan semangka. Pengujian didalam rumah kaca dilakukan terhadap beberapa penyakit penting seperti layu fusarium, antraknosa, embun tepung dan nekrosis kulit buah
Introduksi pada tanaman semangka biasanya dilakukan dengan cara mendatangkan varietas dari luar negeri. Seleksi yang digunakan adalah seleksi massa.
Pada peristiwa hibridisasi semangka akan memperoleh kombinasi genetic yang diperoleh melalui persilangan dua atau lebih tetua tanaman semangka yang berbeda genotipnya.
Dari hasil persilangan anataran tanaman semangka varietas New Dragon yang berasal dari Taiwan denga tanaman semangka varietas Farmer Giant, kami mendapatkan varietas baru dengan daging buah berwarna merah cerah, tahan terhadap CMV.

BUDIDAYA SEMANGKA TANPA BIJI


BUDIDAYA SEMANGKA TANPA BIJI

Tanaman semangka (Citrullus vulgaris. Scard) adalah tanaman yang berasal dari Benua Afrika tepatnya di gurun pasir Kala hari. Penyebarannya ke India, China dan Amerika dilakukan oleh para pelayar dari pedagang. Buah semangka memiliki daya tarik tersendiri dari buahnya yang segar dan manis. Kandungan airnya mencapai 92 %, karbohidrat 7 % dan sisanya adalah vitamin. Semangka termasuk tanaman musim kering, tetapi akhir-akhir ini dengan teknologi yang makin berkembang, semangka dapat ditanam kapan saja. Agar dapat tumbuh dengan baik dan cepat, tanaman semangka membutuhkan iklim yang kering, panas dan tersedia cukup air.
Iklim yang basah akan menyebabkan pertumbuhannya terhambat, mudah terserang penyakit, serta produksi dan kualitas buahnya akan menurun. Perkembangan teknologi budidaya semangka di daerah Sub-tropika lebih maju dibandingkan daerah asalnya (tropika). Jenis-jenis baru baik, hibrida yang diploid (semangka berbiji) maupun yang triploid (semangka tak berbiji), telah banyak dikembangkan dengan kualitas buah dan hasil jauh lebih baik dibandingkan dengan semangka tropis (varietas asalnya).
SEMANGKA TANPA BIJI
Semangka tanpa biji atau biasa disebut semangka seedless adalah merupakan semangka hibrida F-1 juga. Namun tetua atau induknya masing-masing berasal dari tetua betina semangka tetraploid dengan tetua jantan semangka diploid. Oleh karena itu semangka ini disebut juga semangka hibrida tetraploid. Teknik pembenihan semangka tanpa biji ditemukan oleh Prof. Dr. Hitoshi Kihara. Untuk memperoleh tetua yang tetraploid harus melalui pelipat gandaan jumlah kromosom yang dalam istilah ilmiahnya sering disebut dengan mutasi duplikasi. Dari persilangan semangka tetraploid dengan diploid ini akan diperoleh semangka triploid (semangka seedless) yang mempunyai daya vitalitas rendah. Jika suhu udara rendah (kurang dari 290 C), maka daya kecambahnya pun akan lambat. Oleh karena itu, perkecambahan benih semangka triploid memerlukan suhu udara yang cukup tinggi agar perkecambahannya dapat terjamin. Pertumbuhan tanaman muda pada awalnya lemah, bahkan terkadang tidak normal, tetapi selanjutnya tanaman akan tumbuh kuat. Daya kecambah rata-rata biji semangka triploid adalah antara 27,5 – 85 % dengan bentuk kotiledon yang lebih kecil daripada semangka diploid. Tanaman semangka triploid sebenarnya memiliki bunga jantan dan betina yang lengkap, tetapi bakal biji dan benang sarinya mandul, maka biji tidak akan terbentuk. Meskipun demikian, biji kosong yang berwarna putih atau coklat terkadang masih dijumpai. Terbentuknya biji kosong yang berwarna coklat biasanya disebabkan karena kelebihan dosis pemupukan unsur hara phospor (P205.).
METODE PENGECAMBAHAN BENIH SEMANGKA NON BIJI 
Usaha budidaya semangka, baik yang berbiji maupun yang nonbiji, pada dasarnya hampir sama, tetapi pelaksanaannya ada sedikit perbedaan terutama dalam proses perkawinan antara bunga jantan dan bunga betina serta dalam perlakuan pengecambahan biji. Pada semangka nonbiji diperlukan proses pengecambahan dan penyemaian yang spesifik yang tidak dilakukan pada semangka berbiji. Seringkali dalam budidaya semangka nonbiji mengalami kegagalan akibat dari penyemaian benih yang kurang benar sehingga menyebabkan benih yang disemai mengalami kegagalan tumbuh. Perlakuan yang spesifik pada benih semangka nonbiji diperlukan dalam penyemaiannya karena benih semangka non biji memiliki kulit biji yang tebal dan keras, endosperm (cadangan makanan dalam biji) yang kecil, dan kotiledon (calon akar) sangat kecil, sehingga sangat dianjurkan kepada para petani untuk tidak menyimpan benih semangka nonbiji terlalu lama karena daya tumbuhnya cepat sekali turun. Memperhatikan keadaan tersebut di atas dalam budidaya semangka nonbiji sangat dianjurkan untuk melakukan pengecambahan sebelum bibit disemai, sehingga akan diperoleh manfaat, di antaranya:
1. Mengurangi kematian benih.
2. Mempertinggi persentase daya tumbuh.
3. Mempercepat penyemaian benih.
4. Menyeragamkan pertumbuhan tanaman.
5. Menghemat pemakaian benih.
6. Menghindari kekurangan benih.
7. Meminimalkan serangan hama penyakit dan memudahkan perawatan.
Dalam proses pengecambahan benih semangka non biji banyak cara yang dilakukan oleh petani, dan di setiap daerah memiliki cara yang berbeda. Akan tetapi, pada dasarnya hanya mengacu pada persyaratan berkecambahnya benih semangka non biji. Persyaratan untuk berkecambahnya benih adalah suhu antara 25-300 C dan tidak membutuhkan sinar matahari secara langsung.

Mengingat kulit biji semangka yang cukup tebal, perlu dibantu dengan memecahkan kulit bagian atas biji supaya calon akar semangka mudah tumbuh
CARA PENGECAMBAHAN BENIH YANG BIASA DILAKUKAN PETANI SITUBONDO
Pertama – tama benih disiapkan sesuai kebutuhan dan dikeluarkan dari wadahnya. Setiap bagian ujung benih dipecah kulitnya dengan menggunakan gunting kuku dan menjepitnya pada bagian tengah gunting kuku, maksud dari perlakuan ini adalah untuk memudahkan kotiledon keluar dari bagian kulit biji serta memudahkan biji menghisap air dari luar. Dalam pelaksanaannya, kita harus hati-hati agar bagian kotiledonnya tidak ikut pecah, karena apabila bagian kotiledon pecah akan mengakibatkan pecahnya bagian pangkal batang kelak kalau sudah ditanaman di lapangan. Setelah benih dipecahkan, selanjutnya benih direndam dalam larutan zat pengatur tumbuh dan fungisida selama kurang lebih 1-2 menit. Selanjutnya benih tersebut diletakkan pada 6 lembar kertas merang yang telah dibasahi dengan larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh. Setelah benih diletakan dan ditata kemudian ditutup kembali dengan 6 lembar kertas merang yang telah dibasahi dengan larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh, kemudian letakkan dan tata kembali benih yang telah direndam tadi diatasnya, tutup dengan kertas merang. Begitu seterusnya sampai berlapis-lapis, hingga benih yang akan dikecambahkan habis. Untuk lapisan paling bawah dan paling atas diberi lapisan kardus agar kecambah atau calon akar tumbuh lurus. Bagian bawah dan atas media kita beri lapisan kaca tebal seukuran kertas merang kemudian kita press dengan cara yang tepat dan diikat dengan kuat. Setelah itu, masukkan ke dalam kotak kardus yang agak longgar, kemudian ditutup dengan rapat agar suhu udara dalam kotak tetap hangat dengan suhu antara 20-300 C. Kotak tersebut diplester atau dilakban plastik pada setiap sisinya, kemudian disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah diperam 40-42 jam media pengecambahan tersebut kita buka dan biasanya benih telah berkecambah dengan ukuran calon akar kurang lebih 1 cm. Kecambah-kecambah tersebut selanjutnya kita tanam pada polybag-polybag yang telah disiapkan dengan dengan bagian calon akar kecambah menghadap ke bawah. Untuk biji-biji yang perkecambahannya belum normal, kita peram kembali selama beberapa jam, baru setelah berkecambah dengan normal kita tanam pada polybag. (Red).

persilangan

Persilangan monohibrid atau monohibridisasi ialah suatu persilangan dengan satu sifat beda. Untuk mengetahui bahwa suatu gen bersifat dominan, maka harus dilakukan monohibridisasi antara 2 individu bergalur murni yang memiliki sifat kontras (alelnya). Jika fenotip f1 sama dengan salah satu sifat gen yang diuji tadi, berarti jelaslah bahwa sifat itulah yang dominan. Monohibridisasi pada percobaan mendel dilakukan dengan menyilangkan kapri berbatang tinggi dengan kapri berbatang pendek.
Jika dominansi tampak sepenuhnya maka persilangan monohibrid (Tt X Tt) dengan T=tinggi dan t=rendah, menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan rasio fenotip = 3 tinggi : 1 rendah, tetapi perbandingan genotip nya = 1(TT) : 2(Tt) : 1(tt).
Jika sifat gen dominan tidak penuh (intermediet), fenotip individu f1 tidak seperti salah satu fenotip induk galur murni, melainkan memiliki sifat fenotip diantara kedua induknya. Demikian pula perbandingan fenotip f2-nya tidak 3:1, melainkan 1:2:1, sama dengan perbandingan genotip f2-nya.
Contoh-contoh persilangan monohibrid:
Perhatikan diagram persilangan monohibrid antara kapri batang tinggi dengan kapri batang pendek berikut: TT (tinggi) dan tt (pendek)
Parental (P1): TT >< tt
Gamet : T t
F1 : Tt (tinggi)
P2 : F1 >< F1
Tt >< Tt
Gamet : T t
T t
Jika disilangkan F1 >< F1, dapat kita ketahui bahwa sifat batang tinggi (T) dominant terhadap batang pendek (t).
Jadi, pada persilangan monohybrid, perbandingan monohybrid = 3:1, dan perbandingan genotip = 1:2:1
Contoh kasus intermediet :
Persilangan monohibrid antara tanaman bunga Mirabilis jalapa merah galur murni (MM) dengan Mirabilis jalapa putih galur murni (mm) sebagai berikut:
P1: MM >< mm
Gamet: M m
F1: Mm
P2: Mm >< Mm
Gamet: M,m M,m
F2: jika disilangkan rasio fenotip nya
Merah : merah jambu : putih
1 : 2 : 1
Rasio genotip nya:
MM : Mm : mm
1 : 2 : 1